Munculnya abad pertengahan ditandai dengan peresmian agama kristen sebagai agama kekaisaran Romawi. Selanjutnya muncul dominasi gereja. Selain itu mulai munculnya pemanfaatan pengetahuan dan kesenian untuk kepentingan religi. Munculnya dominasi gereja ini pada akhirnya memunculkan perilaku amoral yang berhubungan dengan gereja. Hal ini dijelaskan dalam banyak sumber baik buku maupun online bahwa perilaku amoral yang dilakukan berupa perilaku menyogok oleh pemuka agama kepada para petinggi gereja agar dapat mendapatkan kedudukan sosial keagamaan yang tinggi, paus sebagai bapak suci melakukan tindakan amoral dengan melakukan hubungan terlarang dengan wanita hingga menghasilkan anak haram, dan adanya fenomena penjualan surat-surat pengampunan dosa (indulgencies), korupsi atas nama negara, dan perekembangan kapitalisme di wilayah krisis ekonomi Roma.

Revolusi gereja adalah sebuah upaya perbaikan tatanan kehidupan yang didominasi oleh otokrasi gereja yang menyimpang. Sebagai upaya memperbaiki dan mengembalikan ajaran gereja yang lurus, melalui gerakan reformasi berupa sikap kritis terhadap penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh pihak Gereja Katolik. Adanya berbagai penyimpangan yang dilakukan gereja katolik bahkan perilaku kapitalis gereja dengan menjual surat pengampunan dosa dan melakukan suap untuk mendapat status agama yang tinggi membuat gereja tidak lagi melambangkan nilai-nilai religiusitas dan ketuhanan. Hal ini yang pada akhirnya melahirkan perilaku kritik masyarakat terhadap berbagai penyimpangan yang dilakukan oleh gereja.

Kapitalisme adalah perilaku yang ditandai dengan melihat sesuatu dengan ukuran ekonomi atau dapat dikatakan dengan uang. Perilaku menjual surat pengampunan dosa (indulgencies) dengan mengatasnamakan agama dan menggunakan uang sebagai pengantar agar dapat menduduki posisi sosial keagamaan yang tinggi menjadi bukti bahwa gereja telah berubah menjadi lahan kapitalisme bagi pihak-pihak yang berwenang.

Ada dua kelompok yang mendukung adanya Reformasi gereja, meskipun memiliki tujuan yang berbeda namun peran yang diberikan sama-sama besar. Kelompok pendukung pertama adalah kelompok yang menyebut diri mereka sebagai reformis para tokoh kelompok ini adalah Martin Luther, Johannes Calvin, Zwingli, John Knocx. Tujuan kelompok ini mendukung gerakan reformasi terhadap gereja karena adanya dominasi gereja dianggap tidak sesuai dengan fungsi gereja sebagai lembaga spriritual. Kelompok kedua adalah kelompok yang terdiri dari para bangsawan. Tujuan kelompok ini berbeda dengan kelompok pertama. Tujuan kelompok ini lebih pada kecemburuan sosial dan membatasi dominasi gereja untuk mengambil pajak dari rakyat dan digunakan untuk bersenang-senang,

Dominasi yang dimiliki oleh gereja pada akhirnya menggeser fungsi gereja sebagai lembaga spiritual, dan pemegang norma tertinggi di dalam masyarakat yaitu norma agama. sehingga banyak biarawan yang menolak dominasi yang dimiliki oleh gereja. Salah satu biarawan tersebut adalah Martin Luther. Pemikiran Luther diawali dengan pemikiran masyarakat yang dianggap semakin kritis dan kekuasaan raja yang terlalu berkuasa. Selain itu juga mulai tidak sesuainya fungsi gereja sebagai lembaga spiritualitas. Ikut campurnya para tokoh gereja dalam menentukan kebijakan dan menjalankan pemerintahan membuat Martin Luther merasa negara tidak lagi dapat dipisahkan dengan nilai-nilai agama yang pada akhirnya akan semakin menguatkan dominasi gereja terhadap negara.

Pada akhirnya muncul Tindakan mensupremasi gereja sebagai upaya yang dilakukan untuk memurnikan kembali fungsi gereja sebagai lembaga spiritual tanpa perilaku mengkapitaliskan gereja. Fungsi sebagai lembaga spiritualitas dan sebagai pemegang norma tertinggi di dalam masyarakat kapitalisme tidak seharusnya terjadi pada gereja. Seperti yang dijelaskan Karl Marx (dalam Suseno: 1999) kapitalisme akan memunculkan kelas sosial, ketidakadilan, keterasingan dan kecemburuan sosial. Gereja sebagai lambang religiusitas tidak seharusnya menjadi lahan perilaku duniawi karena kapitalisme. Dapat dikatakan bahwa kapitalisme gereja menimbulkan banyak masalah bagi masyarakat. Timbulnya kecemburuan sosial, penyimpangan fungsi gereja, menguangkan agama, otoritas mutlak gereja dan perilaku amoral tokoh agama. Penyimpangan yang dilakukan oleh gereja karena kapitalisme gereja maka muncul gerakan revolusi pada gereja yang bertujuan untuk mengembalikan fungsi asli gereja sebagai lembaga spiritual yang bebas dan otoritas serta kesewenangan para tokoh agama. Gerakan revolusi ini bukan dipelopori oleh pihak luar seperti para tokoh pendidikan. Gerakan revolusi pada gereja dipelopori oleh seorang biarawan bernama Martin Luther.

Bagikan:

Leave a Comment