.daftarisi { padding:10px; background:#434A54; color:#fff; border-radius:0px 0px 5px 5px; } .juduldaftarisi { padding:10px; background:#656D78; color:#fff; border-radius:5px 5px 0px 0px; font-weight: bold; text-align: center }

 Banyuwangi merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang letaknya berada di  Batik Banyuwangi - Sejarah, Filosofi, Makna, Ciri Khas, Motif, dan Perkembangannya
Banyuwangi merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang letaknya berada di ujung timur Pulau Jawa dan berbatasan langsung dengan Pulau Bali. Selain terkenal akan budayanya, Banyuwangi ternyata juga mempunyai sejarah yang unik mengenai batik. Tidak banyak masyarakat yang mengetahui jika Kabupaten Banyuwangi ini merupakan salah satu daerah asal batik di Indonesia.

Daftar Isi

Sejarah Batik Banyuwangi

Menurut sejarahnya, batik Banyuwangi berawal pada tahun 1633 disaat masa pemerintahan Sultan Agung, dimana saat itu terjadi penaklukan Blambangan oleh Mataram. Daerah yang menjadi wilayah penaklukkan diantaranya yaitu Panarukan, Blambangan, dan Blitar. Dimasa kekuasaan Mataram di Blambangan inilah kemudian banyak anak muda di Blambangan yang dibawa ke pusat Pemerintahan Mataram Islam di Plered, Kotagede. Disini mereka diajarkan membatik. Seiring dengan perkembangan zaman kemudian terjadilah kepentingan politik yang mutualisme, yang pada akhirnya menetapkan tradisi membatik ini sebagai salah satu identitas penguasaan atau simbol penaklukan pada budaya yang dilingkupinya.

Motif Batik Banyuwangi

Motif Batik Banyuwangi umumnya bukan hanya perwujudan estetika dari ragam hias saja, tetapi juga mempunyai nilai–nilai yang banyak dianut oleh masyarakat di Kabupaten Banyuwangi. Semua nama motifnya banyak dipengaruhi oleh kondisi alam sekitar. Sampai saat ini, ada sekitar 21 jenis motif batik khas Banyuwangi yang telah diakui secara nasional, diantaranya adalah motif Kangkung Setingkes, Gajah Oling, Paras Gempal, Alas Kobong, Sembruk Cacing, Kopi Pecah, Ukel, Gedegan, Moto Pitik, Blarak Semplah, dan lain sebagainya.

Filosofi dan Makna Batik Banyuwangi

Seperti halnya motif batik di daerah lain, motif batik Banyuwangi juga mempunyai makna filosofisnya tersendiri. Misalnya seperti motif Gajah Oling atau Gajah Uling, dimana motif ini berupa hewan seperti belut yang berukuran cukup besar dan dipercaya sebagai motif asli dari Batik Banyuwangi.
Motif Gajah Oling atau Gajah Uling melambangkan sebuah kekuatan yang berasal dari jati diri masyarakat di Kabupaten Banyuwangi. Makna motif Gajah Oling ini berkaitan dengan karakter dari masyarakat Banyuwangi yang umunya mempunyai sifat religius. Penyebutan kata “Gajah Eling” pada motif ini mempunyai pengertian yaitu gajah yang merupakan hewan bertubuh besar, yang artinya maha besar, sementara kata uling artinya eling (ingat), dimana diartikan adalah jika Batik Gajah Oling mengajak untuk selalu mengingat kepada sang maha pencipta.
Ada pula yang menyebutkan jika gajah uling ini berbentuk melengkung seperti halnya belalai gajah. Ciri khas batik ini yaitu bentuknya seperti tanda tanya, dimana secara filosofis merupakan bentuk belalai dari gajah serta sekaligus juga bentuk uling. Disamping unsur utama tersebut, karakter batik ini juga dikelilingi oleh beberapa atribut lainnya, seperti suluran (semacam tumbuhan laut), kupu-kupu, dan manggar (bunga kelapa atau bunga pinang).
Selain Motif Gajah Oling atau Gajah Uling yang melambangkan kekuatan, ada pula motif Banyuwangi yang merupakan cerminan kekayaan alam yang ada di Banyuwangi, seperti motif Sembruk Cacing dan Gedegan. Motif Sembruk Cacing merupakan motif yang menggambarkan cacing, sedangkan motif Gedegan merupakan motif seperti gedeg (anyaman bambu).

Perkembangan Batik Banyuwangi

Dalam perkembangannya, batik banyuwangi saat ini banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, bahkan sudah menjadi agenda wajib oleh Pemkab setempat, dimana setiap hari kamis, jumat dan sabtu seluruh pegawai pemerintahan mewajibkan menggunakan seragam batik bermotifkan Gajah Oling. Selain itu motif batik ini juga banyak dipakai sebagai seragam batik sekolah mulai itu TK hingga SMA.

Bagikan:

Leave a Comment