7 Pengaruh Tradisi Hindu Budha bagi Masyarakat Indonesia – Masuknya agama dan kebudayaan Hindu Budha mempengaruhi perubahan-perubahan dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat lokal pada masa itu. Seperti dalam bidang politik, budaya, sosial dan keagamaan. Contoh pengaruh tradisi Hindu Budha bagi masyarakat Indonesia yang paling menonjol adalah di bidang kebudayaan, perubahan sistem pemerintahan dan bangunan.
Seperti yang kita ketahui, agama dan kebudayaan Hindu Budha merupakan berasal dari India. Kebudayaan tersebut dipadukan dengan unsur-unsur budaya asli masyarakat Indonesia melalui proses akulturasi. Perpaduan kedua kebudayaan ini kemudian memunculkan budaya baru yang lebih sempurna.
Wujud akulturasi mencakup beberapa bidang, seperti seni bangunan, seni rupa, sistem pemerintahan, aksara, sistem kepercayaan, filsafat, dan sistem kalender. Berikut ini 7 pengaruh tradisi Hindu Budha bagi masyarakat Indonesia yang telah kami rangkum secara lengkap.
 Pengaruh Tradisi Hindu Budha bagi Masyarakat Indonesia  7 Pengaruh Tradisi Hindu Budha bagi Masyarakat Indonesia

Pengaruh Tradisi Hindu Budha Bagi Masyarakat Indonesia

1. Seni Bangunan (Teknik Arsitektur)

Masuknya Hindu Budha membuat teknik arsitektur di Indonesia (Nusantara) mengalami perkembangan dan kemajuan. Pengaruh ini terlihat jelas dengan munculnya berbagai bangunan candi di beberapa wilayah di Indonesia.
Banyaknya candi terbagi ke dalam beberapa bentuk dan memiliki fungsi yang berbeda-beda. Terdapat candi yang fungsinya sebagai tempat ibadah dan makam, candi pemandian, candi asrama pendeta atau vihara, dan candi yang bentuknya seperti gapura. Terdapat juga candi yang fungsinya untuk memulihkan orang mati, khususnya para raja.
Candi sebagai makam umumnya merupakan kebudayaan agama Hindu. Sementara pembuatan candi Budha memiliki fungsi sebagai tempat pemujaan pada dewa. Di dalam candi Budha tidak terdapat arca perwujudan raja. Tapi, abu jenazah raja ditanam di sekitar candi di dalam bangunan yang bernama stupa.

2. Seni Ukir dan Pahat

Pengaruh kedua yaitu di bidang seni ukir dan seni pahat. Bukti mengenai berkembangnya seni ukir dan pahat dapat dilihat pada relief yang dipahatkan pada dinding bangunan candi. Motif seni pahat tergantung dari agama yang saat itu dianut, yaitu Hindu dan Budha.
Secara umum, disekitar atau dibagian bangunan candi terdapat arca dan patung. Bentuk patung bisanya berupa arca dewa sebagai lambang orang yang telah meninggal. Contohnya Patung Airlangga yang diwujudkan sebagai dewa Wisnu yang menaiki garuda.
Selain relief dan patung, di bidang seni ukir juga mengalami perkembangan setelah masuknya agama dan kebudayaan Hindu Budha. Hal ini dapat dilihat pada ukiran-ukiran pada bangnuan candi seperti motif daun-daunan, salur-saluran dan motif bunga.
Di beberapa candi yang terletak di Jawa Tengah terdapat hiasan berupa pohon kehidupan, yakni parijata dan kalpataru. Sebagian besar relief yang dibuat pada bagian dinding candi menggambarkan suasana Gunung Mahameru yang dipercaya sebagai kediaman pada dewa. Sementara hiasan pada bagian pintu atau relung candi merupakan kepala kala atau lazim disebut banaspati.

3. Sistem Pemerintahan (Konsep Raja)

Sebelum agama dan kebudayaan Hindu Buda masuk, masyarakat Indonesia belum mengenal sistem pemerintahan dengan konsep raja atau pun kerajaan. Konsep pemerintahan yang digunakan adalah kesukuan yang dipimpin oleh kepala suku. Namun setelah masuknya kebudayaan dan agama Hindu Budha di bidang sistem pemerintahan lebih berkembang teratur. Sekelompok masyarakat yang sebelumnya menganut sistem kesukuan berubah menjadi kerajaan. Pemimpinnya pun berubah dari kepala suku menjadi seorang raja.
Dalam pemilihannya, seorang pemimpin berkuasa atas dasar keturunan atau sifatnya turun-temurun. Hal ini berbeda dari sebelum masuknya pengaruh Hindu Budha, yaitu seorang pemimpin harus mempunyai kemampuan tertentu yang tidak dimiliki orang lain, semacam kekuatan. 
Dalam agama Hindu, raja merupakan titisan dewa di dunia. Seorang raja memerintah atas nama dewa di Bumi. Kekuasaannya tidak dapat diganggu gugat, hal ini karena raja adalah titisan dewa Wisnu. Konsep raja sebagai titisan dewa dapat dilihat pada masa raja Purnawarman di Kerajaan Tarumanegara.

4. Sistem Kepercayaan

Pengaruh tradisi Hindu Budha bagi masyarakat Indonesia selanjutnya adalah di bidang sistem kepercayaan. Masuknya Hindu Budha kemudian mengenalkan kepada masyarakat tentang konsep dewa-dewa. Agama Budha berkembang pesat dan menyebar ke berbagai wilayah di Nusantara. Hal ini disebabkan karena ajarannya tidak mengenal kasta. Kemudian agama Budha memperkenalkan ajaran Budha Gautama.

5. Sistem Kalender

Pada masa prasejarah, masyarakat Indonesia mengenal sistem penanggalan Mongso dan Wuku. Kalender mongso digunakan untuk menentukan musim. Dalam kalender mongso 1 tahun dibagi menjadi 12 musim. Sementara itu, berdasarkan kalender Wuku 1 tahun dibagi menjadi 30 Wuku. Kalender wuku digunakan untuk merencanakan upacara adat, dan pertanian.
Kemudian setelah masuknya pengaruh Hindu Budha, kedua sistem kalender jawa tersebut digantikan dengan kalender Saka yang dalam satu tahun terdiri dari 365 haru. Tahun saka berbeda dengan tahun Masehi. Perbedaannya terdapat selisih 78 tahun, di mana tahun Masehi lebih dulu dibandingkan dengan tahun Saka.

6. Aksara dan Kesusastraan

Berdasarkan bukti-bukti tertulis, pengaruh agama dan kebudayaan Hindu-Buddha dalam bidang aksara adalah dikenalnya huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta di Indonesia. Huruf Pallawa dikembangkan di beberapa daerah menjadi huruf Batak, huruf Kawi, huruf Jawa, dan huruf Bali. Setelah mengenal budaya tulis, bangsa Indonesia mulai memasuki zaman sejarah.
Sebelum kedatangan India, bangsa Indonesia belum mengenal budaya tulis. Setelah kebudayaan tulis berkembang, seni sastra pun mulai berkembang pesat di Indonesia karena bahasa Sansekerta dipakai dan dikembangkan sebagai media penulisan kesusastraan Indonesia kuno. Seni sastra yang berkembang di Indonesia berbentuk prosa dan tembang. Adapun tembang Jawa Kuno umumnya disebut kakawin. Irama kakawin didasarkan pada irama dari India. 
Berdasarkan isinya, kesustaraan tersebut terdiri atas kitab keagamaan, kitab hukum, kitab wiracarita (kepahlawanan) serta kitab cerita yang bertutur mengenai masalah keagamaan atau kesusilaan serta uraian sejarah. Contoh kitiab wiracarita yang terkenal di Indonesia yaitu kisah Ramayana dan Mahabarata.

7. Stratifiksi Sosial

Stratifikasi sosial masyarakat sangat jelas terlihat pada masyarakat yang dipengaruhi oleh agama dan kebudayaan Hindu, yaitu dikenalnya sistem kasta. Kasta lahir dan berkembang dalam masyarakat Hindu di India. Saat agama dan kebudayaan Hindu masuk dan berkembang di Indonesia, sistem kasta juga berlaku di Indonesia meskipun tidak secara mutlak berlaku seperti keadaan di India.
Masyarakat Hindu di Indonesia menyesuaikan sistem kasta dengan keadaan masyarakat. Pada masyarakat yang dipengaruhi oleh agama dan kebudayaan Buddha, stratifikasi sosial masyarakat terbagi atas dua kelompok. Kedua kelompok masyarakat tersebut adalah kelompok masyarakat biksu dan biksuni serta kelompok masyarakat umum.
Baca Juga :
Itulah 7 Pengaruh Tradisi Hindu Budha bagi Masyarakat Indonesia. Semoga pembahasan diatas dapat bermanfaat dan berguna bagi pembaca semua. Baca juga artikel menarik tentang sejarah masa prasejarah lainnya. Terimakasih.

Bagikan:

Leave a Comment